Home > Opini , > Letter From Alumni About
2/15/2008 |
By
Oentoe_09
“Mahasiswa Bentrok” lagi???
14 Februari’08 yang lalu tepatnya berita di Metro TV saya menyaksikan berita “Mahasiswa Bentrok Lagi di Makassar” dan gambar di TV memperlihatkan Kampus yang membuat banyak perubahan pada hidupku “Kampus merah hitam” , saat masih kuliah judul diatas terdengar biasa dan bukan hal yang terlalu kita pusingkan akibatnya. Namun seiring waktu saat Kita telah kembali ke masyarakat barulah kita tersadar jika “Pesta Rakyat” yang terjadi selalu mengkambing-hitamkan pihak mahasiswa, terutama bagi fakultas yang mayoritas Mahasiswanya adalah kaum Adam, for example like Student of Technical Faculty. Ada rasa Malu dan menyesal hinggap di hati ini, ternyata kita telah mewariskan cara berpikir Bar-bar (secara langsung maupun tidak langsung) hingga saat ini. Apakah hingga nanti akan begini terus...???!!!
Saya tidak akan mencari siapa yang salah dan mengapa dulunya “bentrokan / perang / tawuran / Pesta Rakyat” (apapun sebutan kegiatan extra tersebut) menjadi sesuatu yang biasa dihati, ditelinga dan pikiran serta dipraktekkan oleh kaum intelektual calon penerus bangsa ini... Saya hanya bisa mereka-reka, mungkin sewaktu belum keluar dari kampus pola pikir dan cara bertindak serta keadaan lingkungan kampus secara ”halus” telah “memaksa” masing-masing Individu mengkultuskan keilmuannya secara membabi buta. idealisme Doktrin yang berlebihan diterima tanpa basic pikiran dan mental yang kosong, kebanggan “semu” yang ditanamkan tanpa dibarengi dukungan yang berkelanjutan oleh para “leluhur” mengakibatkan terjadinya aneka persepsi dari pemahaman yang semakin jauh dari tujuan kedatangan kita di kampus.
Sumber masalah dan Kenyataannya Hari ini
Yang saya maksud “masalah” pada judul diatas adalah “doktrin dan arogansi berlebihan pada awal prosesi menjadi Antek, dimana tidak bisa kita pungkiri saat akan memasuki kampus terutama di masa 90-an sampai awal tahun 2000, kita diarahkan untuk selalu berprinsip “Lawan”.
Kata “Lawan” Secara positif diartikan melakukan tindakan support pada setiap reaksi dari aksi yang datang, tidak lain adalah mencari keseimbangan atau sama dengan nol. Dalam arti yang lebih “dalam” adalah penetralisir dari segala kebijakan penguasa yang tidak berpihak pada rakyat, mengapa? Karena saat itu Negara masih dikendarai oleh penguasa otoriter tersamar dalam Mobil “atas nama rakyat”. Dan cara tersebut membuahkan hasil. Tetapi...
Kondisi sekarang tidak lagi mesti dihadapi dengan cara “Bar-bar”. Kita merupakan kumpulan orang kreatif plus inovatif, dan akan tetap seperti itu. Saat ini kata “Lawan” bagi saya tetap akan selalu menjadi sebuah mantra “sakti” untuk menjalani kehidupan ini, baik sebagai seorang individu, masyarakat maupun sebagai seorang hamba-Nya.
Begitu pula seharusnya yang terjadi di dunia kampus kata “lawan” tetaplah menjadi pendorong melakukan penetrasi dalam menyikapi segala kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat dan negara, sebaliknya menjadi pihak yang memberi “full-support” pada kebijakan yang berpihak pada rakyat dan Negara. Tetapi...
Saya tidak akan mencari siapa yang salah dan mengapa dulunya “bentrokan / perang / tawuran / Pesta Rakyat” (apapun sebutan kegiatan extra tersebut) menjadi sesuatu yang biasa dihati, ditelinga dan pikiran serta dipraktekkan oleh kaum intelektual calon penerus bangsa ini... Saya hanya bisa mereka-reka, mungkin sewaktu belum keluar dari kampus pola pikir dan cara bertindak serta keadaan lingkungan kampus secara ”halus” telah “memaksa” masing-masing Individu mengkultuskan keilmuannya secara membabi buta. idealisme Doktrin yang berlebihan diterima tanpa basic pikiran dan mental yang kosong, kebanggan “semu” yang ditanamkan tanpa dibarengi dukungan yang berkelanjutan oleh para “leluhur” mengakibatkan terjadinya aneka persepsi dari pemahaman yang semakin jauh dari tujuan kedatangan kita di kampus.
Sumber masalah dan Kenyataannya Hari ini
Yang saya maksud “masalah” pada judul diatas adalah “doktrin dan arogansi berlebihan pada awal prosesi menjadi Antek, dimana tidak bisa kita pungkiri saat akan memasuki kampus terutama di masa 90-an sampai awal tahun 2000, kita diarahkan untuk selalu berprinsip “Lawan”.
Kata “Lawan” Secara positif diartikan melakukan tindakan support pada setiap reaksi dari aksi yang datang, tidak lain adalah mencari keseimbangan atau sama dengan nol. Dalam arti yang lebih “dalam” adalah penetralisir dari segala kebijakan penguasa yang tidak berpihak pada rakyat, mengapa? Karena saat itu Negara masih dikendarai oleh penguasa otoriter tersamar dalam Mobil “atas nama rakyat”. Dan cara tersebut membuahkan hasil. Tetapi...
Kondisi sekarang tidak lagi mesti dihadapi dengan cara “Bar-bar”. Kita merupakan kumpulan orang kreatif plus inovatif, dan akan tetap seperti itu. Saat ini kata “Lawan” bagi saya tetap akan selalu menjadi sebuah mantra “sakti” untuk menjalani kehidupan ini, baik sebagai seorang individu, masyarakat maupun sebagai seorang hamba-Nya.
Begitu pula seharusnya yang terjadi di dunia kampus kata “lawan” tetaplah menjadi pendorong melakukan penetrasi dalam menyikapi segala kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat dan negara, sebaliknya menjadi pihak yang memberi “full-support” pada kebijakan yang berpihak pada rakyat dan Negara. Tetapi...
Apa dan bagaimana?
Haruslah dilakukan reformasi pikiran, mekanisme dan aksi yang dilakukan dalam mencari format terbaik. Tentunya hal ini bukanlah rumus yang mudah untuk di-definisi-kan hanya jika dengan mengandalkan sedikit parameter, dibutuhkan banyak support, dimana sudah menjadi kewajiban bagi seluruh Senior (di dalam dan luar kampus), Junior, dosen dan berbagai pihak yang terkait (langsung maupun tidak langsung), untuk saling berbagi dalam melakukan perombakan Mindset pada makna kata “Lawan”. Setidaknya dengan menuliskan opini seperti ini. Atau seperti artikel dari email Ipung09 disini
Pesan-koe untuk mereka yang dikampus “Merah Hitam”
Apapun yang kita lakukan selalu menjadi trend bagi rekan-rekan diluar sana. Jangan pernah “terjebak” dalam masa kejayaan seniormu karena kejayaan itu adalah miliki senior. Ciptakan Kejayaan di masamu dan biarkan penerusmu dan Seniormu bangga dan salut akan aplikasi makna “Lawan” yang kalian terapkan. Ambillah peninggalan kami yang baik-baik saja dan jadikan peninggalan yang buruk sebagai homework untuk melakukan aksi terbaik yang belum sempat dilakukan di masa kami dikampus.
Regards,
M. Safaat, ST
MechEng’99
M. Safaat, ST
MechEng’99
Tags:
Opini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berlangganan
My Friends
Entri Populer
-
Dalam dunia rekayasa perhitungan dengan konversi ke berbagai satuan tentu sering dialami, dan menghitung secara manual terkadang membutuhkan...
-
Pada artikel ini saya tidak akan memberikan pelajaran ataupun tutorial, melainkan hanya menganjurkan penggunaan sebuah software gratis (fre...
-
Preview Sudah menjadi keharusan seorang Engineer selain bahasa perhitungan , bahasa gambar merupakan “bahasa wajib” yang harus dikuasai. Te...
-
Jika anda merasa kesulitan atau terlalu butuh waktu untuk menghitung sebuah kasus seputar hydraulic system mungkin dengan menggunakan aplik...
-
Auta CAD sampai saat ini masih menjadi raja dibidang CAD , program gambar satu ini memang yang paling banyak digunakan oleh para engineer, ...
-
Judul diatas tidak cukup menjelaskan betapa aplikasi ini benar-benar sangat powerful bukan karena penulis mendapatkan “fee” dengan menulisk...
-
Resume dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai ikhtisar atau ringkasan, resume di kenal juga dengan sebutan CV ( curriculum vitae - dari b...
-
Di Amerika, ilmuwan dan dosen adalah profesi yang sangat dihormati di masyarakat. Ia tidak melihat hal demikian di Indonesia. Ia menyatataka...
-
MENERIMA ORANG LAIN ADALAH KUNCI SUKSES UNTUK PERUBAHAN Selain alasan berubah yang bersifat pribadi, alasan Anda juga pasti bersifat sosia...
-
artikel berikut adalah kiriman dari anggota Forum Lintas Generasi di Situs www.facebook.com, semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk anda ...
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan masukkan komentar Anda disini, asal bukan SPAM